Portal mistik, mengenal dunia mistk, benda antik, mistik dan gaib,Mustika Bertuah , Pusaka , Benda Bertuah , Azimat sakti, Batu Bertuah, pengasihan , Pemaharan , Batu Mustika Asli dan Khasiat, Antik, Mistik, Ghaib, Ampuh, Khodam, Batu Mustika, , Perjudian, , Pengeretan, Kewibawaan, Kerejekian, Pelarisan, Aura, Pemagaran, Tolak Balak, Popularitas, Mustika Mancing,Mustika Merah delima Asli, Ketentraman Asmara, Portal Mistik, Pintu Gerbang mengenal dunia mistik, Sajian mengenal ragam dunia, artikel dan berbagai pusaka, azimat, benda betuah, benda antik, benda mistik bertuah

TOMBAK-TOMBAK TERKENAL


Tombak-Tombak Terkenal


TOMBAK KANJENG KYAI AGENG PLERED
TOMBAK Kanjeng Kyai Ageng Plered sering kali terlibat dalam peperangan. Kisah berikut adalah beberapa di antaranya.
Raden Patah adalah putra Brawijaya dengan putri China. Sang putri kemudian dihadiahkan kepada Adipati arya Damar di palembang. Adipati arya Damar pun kemudian mempunyai putra dengan sang putri China yang bernama Raden Timbal. Jadi, Raden Patah dan Raden Timbal adalah saudra seibu.
Di kemudian hari Raden Patah menjadi Adipati Natapraja di Bintara yang beragama islam. Salah seorang senopati Bintara adalah Ki Ageng Selo yang bersenjatakan Tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered. Sementara itu Raden Timbal menjadi Adipati Terung dan merupakan Senopati kerajaan Majapahit.
Pertempuran antara Bintara dan Majapahit diakhiri dengan bergabungnya Adipati Terung dengan Bintara. Dan mereka mendapat hadiah Bang Welan.
Tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered juga terlibat dalam peperangan antara Ngabehi Loring Pasar dan Arya Penangsang. Saat itu Pasukan Pajang berada di bawah Ki Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ngabehi Loring Pasar. Mereka berhenti di sebelah barat Bengawan Sore atau Bengawan Lanang. Mereka menangkap seorang tukang rumput Adipati Jipang. Adipati itu tak lain adalah Arya Penangsang. Telinga tukang rumput itu dipotong dan disuruh mengantar surat tantangan untuk berperang. Arya Penangsang sedang makan ketika Patih Mentahun menghadap dan memberikan surat yang diantar tukang rumput. Amarah Arya Penangsang meledak setelah membaca surat itu dan langsung meloncat ke atas kuda jantannya, yaitu si Gagak Rimang dan berlari menuju ke Bengawan Sore. sementara itu Ngabehi Loring Pasar telah menunggu Arya Penangsang. Ia membawa tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered dan berkuda betina. Melihat kuda betina, Gagak Rimang menjadi tak terkendali dan langsung menyeberangi sungai. Sementara Ngabehi Loring Pasar sudah turun dari kudanya dan siap menyerang. Begitu ada kesempatan ia menyerang Arya Penangsang dan tombaknya dan kena tepat di perut Arya Penangsang hingga ususnya terburai keluar. Arya Penangsang menjadi semakin geram dan dicabutnya keris pusaka Kyai Setan Kober, tapi ususnya yang tergerai keluar terputus oleh kerisnya sendiri. Arya Penangsang mati seketika.
Tombak Kanjeng kyai Ageng Plered juga muncul dalam pemberontakan Kadipaten Pasuruan. Ketika Panembahan Senopati menyamar sebagai Lurah Tamtama, ia pernah memukul kaki Renggo kaninten menjadi lumpuh mendadak. Melihat kesaktian Tombak tersebut, Bupati Pasuruan langsung menyerah kalah.
Dalam pertempuran di alun-alun Kartasura, Untung Surapati dibantu oleh Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Puger. Mereka berhasil membunuh Kapten Tack yang berbaju besi dengan menggunakan tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered.

TOMBAK KANJENG KYAI WIJAYAKUSUMA

TOMBAK Kanjeng Kyai Wijayakusuma merupakan tombak pusaka turun-temurun dari raja dan tombak tersebut juga merupakan tanda bukti sebagai raja yang berkuasa. Asal-usul Tombak Kanjeng Kyai Wijayakusuma adalah tombak pusaka Panembahan Senopati yang dibuat oleh delapan orang empu yang tersohor pada waktu itu. Dapur tombak tersebut adalah Sekar Wijayakusuma, dibuat berlapis emas dengan pamor Segara Mambeg atau di sebut juga Pamor Tumpuk.
Setiap raja jawa keturunan Panembahan Senopati setelah upacara penobatan akan pergi mencari Sekar Wijayakusuma yang hanya tumbuh di Pulau Bandung di Samudra Selatan. Tak lain tujuannya adalah untuk melengkapi persyaratan sebagai raja dan agar dapat memerintah dengan bijaksana dan berwibawa. Sekar Wijayakusuma hanya mekar pada saat-saat tertentu dan hanya mekar satu kali pada tengah malam. Ketika mekar, Sekar Wijayakusuma tidak dapat dibedakan batang dan daunnya, dan bunganya tumbuh langsung pada lekukan daun.
Sang raja akan memohon petunjuk Tuhan untuk menentukan siapa yang akan diutus mencari Sekar Wijayakusuma dan menetukan hari baik untuk mulai melaksanakan pencarian. Utusan sang raja berjumlah delapan orang. Setelah kedelapan utusan disucikan dengan laku tapa brata, pada hari yang telah ditentukan mereka akan berjalan menuju arah selatan sampai ke laut selatan. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berlayar menuju pulau Bandung.
Kedelapan utusan akan terus mencari Sekar Wijayakusuma dan tidak akan kembali sebelum mendapatkannya. Bila berhasil, Sekar Wijayakusuma dibawa ke kerajaan dan dipersembahkan kepada raja sebagai lambang keberhasilan. Dalam bahasa Sansekerta, Sekar Wijayakusuma berarti kemenangan dan kemuliaan.
Selanjutnya Sekar Wijayakusuma disimpan dalam ruang pusaka di mana Tombak Kanjeng Kyai Wijayakusuma juga tersimpan. Tombak Kanjeng Kyai Wijayakusuma selalu mengeluarkan daya saktinya, tidak hanya dalam keadaan berbahaya atau terpaksa. Tombak tersebut selalu menumpuk kebaikan dan memancarkan kemuliaan.
Konon Sekar Wijayakusuma merupakan pusaka dari Sri Kresna yang berkhasiat untuk menghidupkan orang yang mati sebelum takdirnya. Seusai menyelesaikan tugas di Mayapada dan kembali ke asalnya secara moksa, Sri Kresna mewariskan Sekar Wijayakusuma kepada raja karena bunga itu masih dibutuhkan di Mayapada. Tujuan Sri Kresna adalah agar raja menyimpan bunga itu, agar para raja dapat memerintah dengan bijaksana dan mulia. Selanjutnya Sekar Wijayakusuma dilambangkan dengan tombak pusaka dapur Sekar Wijayakusuma dengan pamor Segara Mambeg.
        


0 komentar :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.